Masyarakat Pocoleok Menduga Ada Upaya Pecah Belah di internal Masyarakat Oleh Pemda Manggarai
NTT || Suarafaktual
Pada tanggal, 14 Agustus 2024, sehari sebelum aksi jaga kampung, warga kembali mendapat informasi bahwa Pemda dan pihak PLN kembali mendatangi wilayah Pocoleok menuju Wellpad D dan Wellpad I. Merespon informasi tersebut warga 10 gendang di Pocoleok berkoordinasi satu sama lain untuk melakukan aksi jaga kampung. Warga kemudian bersepakat terbagi dalam dua kelompok, antara lain; Warga gendang Lungar, Tere dan Jong menuju Lingko Meter, sedangkan warga gendang Rebak, Mucu, Mocok, Mori, Nderu, Ncamar dan Cako menuju Lingko Dering. Kedatangan warga di kedua titik dipicu oleh sehari sebelum aksi, warga mandapat informasi bahwa Pemda Manggarai dan pihak PLN akan datang ke lokasi Wellpad D dan Wellpad I.
Satu persatu warga bergegas ke Lingko Meter dan Lingko Dering. Sebagian warga tampaknya berjalan kaki, ada pula yang menggunakan mobil Pickup dan Motor menuju ke dua titik aksi tersebut. Lingko Meter (Tanah ulayat gendang Lungar) adalah salah satu pintu masuk dari arah Ulumbu menuju Pocoleok dan juga akses masuk ke Wellpad D Lingko Tanggong, sedangkan Lingko Dering (Tanah ulayat gendang Rebak) adalah salah satu pintu masuk dari arah utara (Ruteng) menuju Pocoleok. Lingko Dering juga akses masuk menuju Wellpad I Lingko Sano Koe.
Kehadiran Pemda dan PLN beserta 20-an warga pemilik lahan yang membawa parang panjang dan tinggal diluar wilayah Pocoleok yang hendak menuju lokasi Wellpad I pada tanggal 15 Agustus 2024 dikawal oleh 2 orang anggota TNI. Satu di antaranya Babinsa di Desa Lungar, mendapat protes dari warga.
Sekitar Pukul, 10.40 Wita Pemda yang di wakili oleh asisten II Plt. Asisten administrasi umum (Marianus Yosef Djelamu) dan Pihak PLN serta pemilik lahan di Wellpad I tiba di Dering. Sempat terjadi perdebatan sengit antara warga dengan asisten II. Warga menanyakan tujuan mereka datang ke Pocoleok. Yosef Djelamu menjawab “saya mau bertemu dengan Kepala Desa”, Ia menambahkan “saya tidak ada urusan dengan pihak PLN”. Mendengan jawaban Yosef Djelamu, warga akhirnya membiarkannya terus berjalan.
Kepada pemilik lahan Narsi Jelanggus, Alosius Antal dan Antonius Hanta yang merupakan Tu’a gendang Rebak menanyakan. Apa tujuan mereka datang ke Lingko Sano koe? “kami datang untuk membersihkan kebun” jawab Narsi”. Kalau datang untuk membersihkan kebun, kami tidak larang tapi kenapa harus datang dengan Pemda dan Pihak PLN?, tanya Anton dan Alosius. Menghindari pertanyaan tersebut Narsi sengaja menjatuhkan sepeda motornya sendiri dan berteriak menyuruh rekannya untuk membuat video, seolah-olah motornya didorong oleh Aloisius, Ujar Alosius.
Kepada Paulina Imbu dan beberapa warga lainnya yang rumahnya berada di Lingko Dering, Narsi mengatakan, “kalau ada yang menolak proyek ini biar mereka diusir dari tempat ini”. Diketahui Paulina Imbu merupakan salah satu warga gendang Rebak yang tinggal di Lingko Dering dan dekat dengan lokasi Wellpad I yang menentang proyek Geothermal di Pocoleok.
Setelah berdebat dengan Tu’a gendang Rebak dan beberapa warga lainnya, sebagian pemilik lahan yang setuju langsung menuju lokasi, sedangkan yang lainnya menunggu di Dering bersama dengan warga yang menolak. Pihak PLN yang sebenarnya bersama-sama pemilik lahan menuju lokasi berhenti setelah melihat warga yang sebelumnya berjaga-jaga di Meter berdatangan menuju Dering. Ratusan warga dari 10 gendang melarang mereka menuju lokasi dan meminta pihak PLN untuk pulang. Aksi jaga kampung warga tersebut berhasil menggagalkan kegiatan dari Pemda dan PLN dilokasi Wellpad I Lingko Sano Koe.
Kedatangan Pemda dan PLN untuk menindaklajuti kegiatan Identifikasi dan Pendataan Awal Lokasi Rencana Pembangunan PLTP Ulumbu Unit 5-6 Pocoleok STA.7.200 sampai dengan Access Road ke Wellpad D serta Access Road ke Wellpad I. Wellpad I di Lingko Sano Koe (Tanah ulayat gendang Rebak) adalah Wellpad baru yang ditetapkan bersama dua Wellpad lainnya yaitu Wellpad H dan Wellpad J pada bulan Mei 2024.
Pukul 13.00 Wita, mobil dinas yang ditumpangi oleh Yosef Djelamu dan satu mobil yang ditumpangi pihak PLN dan didampingi oleh Kepala Desa Lungar tiba di Dering. Ratusan warga berhamburan turun kejalan dan menanyakan kembali tujuan kehadiran mereka di Pocoleok.
Sebelumnya Djelamu berpaling dari pertanyaan warga, bahkan Ia menyuruh warga sendiri untuk bertanya langsung kepada kepala desa Lungar. Parahnya lagi Ia juga mengatakan warga tidak punya hak untuk mengetahui hasil kunjungannya ke kantor Desa Lungar. Namun warga terus mendesak agar ia memberitahukan kepada warga tujuan mereka datang ke Pocoleok. Berhadapan dengan begitu banyak pertanyaan dari warga Yosef Djelamu akhirnya mejawab, bahwa tujuan kedatangan mereka ke Pocoleok adalah untuk mengidetifikasi lahan terkait geothermal di lahan milik warga gendang Rebak. Hal ini juga dibenarkan dengan satu surat yang diberikan oleh rekannya kepada warga. Dalam surat tersebut bersisi daftar hadir Identifikasi lahan di Wellpad D dan I.
Sementara itu, dihadapan Yosef Djelamu warga gendang Tere Joniardus Junar mengatakan tolong sampaikan kepada Heri Nabit yang sedang menjabat sebagai bupati Manggarai. Bahwa Ia telah mengadu domba warga pemilik lahan yang tinggal diluar wilayah Pocoleok dengan warga yang tinggal di pocoleok, karena faktanya mereka membawa parang sementara kami yang mempertahankan ruang hidup kami tidak membawa apa-apa, “ ungkapnya.
Setelah dicecar dan diprotes oleh ratusan warga dari 10 gendang yang menolak geothermal. Pemda dan pihak PLN beserta dua orang anggota TNI, juga warga pemilik lahan di Wellpad I yang tinggal di luar wilayah Pocoleok akhirnya pulang menujuh arah Ruteng dengan kawalan beberapa anak muda yang menolak. Setelah beberapa menit anak muda yang mengikuti mereka menginformasikan bahwa rombangan Pemda dan PLN berhenti di rumah Vinsen Godat. Untuk diketahui bahwa Vinsen Godat adalah salah satu warga gendang Mesir yang sudah menerima dan menyerahkan lahannya di Wellpad F lingko Mesir.
Mendengar kabar itu, ratusan warga yang sebelumnya berada di Dering segera menuju ke Rumah Vinsen Godat di Ndajang. Kedatangan warga di Ndajang bukan tanpa alasan. Sebab sebelumnya Vinsen Godat telah membuat perjanjian bersama warga Gendang Lungar. Perjanjiannya waktu itu berisikan bahwa Vinsen tidak boleh menerima tamu yang berkaitan dengan proyek geothermal di rumahnya. Melihat rombongan warga berdatangan menuju rumah Vinsen, pihak Pemda dan PLN beserta rombogan bergegas menuju kendaraanya masing-masing dan pulang menuju Ruteng.
Proyek Geothermal di Pocoleok adalah bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), perluasan dari PLTP Ulumbu unit 5-6 yang menargetkan kapasitas listrik 2×20 MW. PLTP Ulumbu beroperasi sejak tahun 2011 dan berjarak 3 kilometer disebelah barat Pocoleok. Aksi hari ini merupakan aksi yang ke-24 kali sejak PLN dan Pemda memaksakan proyek geothermal di Pocoleok.
(F.A)